Aku
dan kamu, bagai karang pantai mencintai laut lepas. Dari jauh, aku mencintaimu
dengan seluruh kekuranganku: Menatap gelombang ombak rambutmu atau menikmati
kilau cahaya dirimu, pada senja yang menenggelamkan matahari dimatamu.
Download Tulisannya Disini = Yang Galau Yang Meracau
Aku
dan kamu, bagai karang pantai mencintai laut lepas. Ribuan mil dari hatimu,
setiap detik aku berusaha melacak cintamu pada setiap buih ombak yang
menghantamkan diriku. Bila kukatakan padamu telah kutitipkan semua salamku pada
nadi-nadi sungai yang merambat-bermuara menuju kedalaman hatimu, pernakah ia
benar-benar sampai padamu?
Hingga
saatnya kita bertemu.
“Hai,
aku Arief,”
“Hai,
aku Ayu,”
Senyum
kita bertemu. Kalimat awal perkenalan ku dengannya..
“Ayu ?” Aku tersenyum, berharap kamu senang mendengarnya.
Tapi
kamu diam saja. Aku pun jadi terdiam. Barangkali kamu bertanya-tanya: bagaimana
aku mengetahui nama lengkapmu padahal kita baru kali pertama bertemu? Sunyi
bergetar dileher kita berdua. Ah, bagaimana lagi, aku memang sudah tahu banyak
hal tentang dirimu: Setiap hari aku mengagumimu, sejak pertama kali
kumelihatmu.
Sejak
pertemuan itu, aku merasa hari-hari kita begitu akrab: Meski sebatas ombak yang
setiap hari datang memberi sentuhan, lalu pergi tanpa salam perpisahan. Ah,
mungkinkah sungai telah menyampaikan semua salamku kepadamu, menyusun kata
cinta yang terbata-bata menjadi sebuah sajak cinta, dan kau menerimanya?
“Aku
suka kamu. Maukah kau jadi kekasihku ?” kataku dimalam itu.
Tapi
kau terdiam. Sayangnya bukan sebagai isyarat persetujuan.
“Maaf,”
katamu, “Aku sudah punya pacar. Tepatnya calon suami. Kupikir kedekatan kita
hanya sebagai teman.”
Kita
terdiam. Tanpa senyuman.
Aku
menatapmu, kamu menatapku. ada getar yang menumpahkan ribuan kata yang tak
terucapkan, jadi sepi yang bergaung. Ombak memeluk mata kaki kita berduan,
malam tinggal bayang-bayang.
Sejak
saat itu kita tak lagi bertemu. Kamu kembali ketempatmu,, aku tetap jadi karang
pantai yang cacat dihantam ombak. Desau angin terdengar bagai lagu sedih.
Burung-burung hitam mengoak bagai caci-maki sepanjang hari. pantai yang tak
punya perasaan.
Aku akan pergi, akhirnya aku
memutuskan; lalu bersalin rupa menjadi manusia biasa, mengemasi barang-barang
dalam koper, mengenakan kaus kaki dan sepatu. Disetiap langkah yang kutempuh,
kulepaskan satu persatu kenangan tentang dirimu, meski tak seluruhnya.
Dari
ribuan sejarah manusia yang sedih, barangkali aku salah satunya, tapi haruskah
aku menghabiskan hidup hanya untuk menjadi karang pantai yang bersedih?
Ombakmu
melambai-lambai, seolah memanggilku untuk kembali. “Tetaplah menjadi karang
pantai,” lamat-lamat aku mendengar suara itu. Kupikir itu hanya perasaan ku
saja.
Tidak, kataku dalam
hati. Aku telah memutuskan. Aku akan menjadi yang lain: bayang-bayang,
angin, pohon, gunung, atau langit. Barangkali aku gagal menjadi kekasihmu,
tetapi Cinta tetap ada: untuk apa dan untuk siapa, biarlah ia menentukan
nasibnya sendiri....
Aku
dan kamu, bagai karang pantai mencintai laut lepas ?
Rupanya
tidak lagi..
Dan
saat itu mulai terdengar lagu Favoritku, Lovarian – Perpisahan Termanis
mengalun lembut mengiringi angin pantai yang menghempas tubuh ku.
Bila nanti kita
berpisah, jangan kau lupakan
Kenangan yang
indah, Kisah kita.
Jika memang kau
tak tercipta, untuk kumiliki
Cobalah
mengerti, yang terjadi.
Bila mungkin
memang tak bisa
Jangan pernah
coba memaksa
Tuk tetap
bertahan
Ditengah
kepedihan.
Jadikan ini ..
Perpisahan yang
termanis, yang indah dalam hidupku
Sepanjang waktu
semua berakhir.
Tanpa dendam
dalam hati
Maafkan semua
salahku.
Yang mungkin
menyakitimu
Semoga kelak kau
kan temukan
Kekasih sejati
Yang kan
menyayangi
Lebih dari ku
Semuanya
berakhir
Tanpa dendam
dalam hati
Maafkan semua
salahku
Yang mungkin
menyakitimu
Dikutip
dari : Novel - "Yang Galau Yang Meracau"
Download
Tulisannya Disini = Yang Galau Yang Meracau
Dikutip dari : Novel - "Yang Galau Yang Meracau"Download Tulisannya Disini = Yang Galau Yang Meracau